Negeri kita Indonesia memiliki 47 jenis ekosistem alam khas, mulai padang salju di Irian Jaya hingga hutan hujan dataran rendah, dari danau dalam hingga rawa dangkal, dan dari terumbu karang hingga taman
rumput laut dan mangrove. Keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia disebabkan karena letaknya pada persilangan pengaruh antara benua Asia dan Australia. Pencetus gagasan pemisahan biogeografi kedua benua itu adalah Alfred Russel Wallace, pakar biologi yang hidup sezaman dengan Charles Darwin. Garis itu berawal dari sebelah selatan Pulau Mindanao (Filipina) menyusuri Selat Makasar, Selat Lombok hingga ujung barat Australia. Kawasan biogeografi Asia dan bagian-bagiannya disebut Orientalis. Wilayah Indonesia yang termasuk kawasan ini adalah Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Seluruh Pulau Irian, Australia dan Tasmania termasuk kawasan Australis. Sedangkan Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku peralihan antara keduanya. Pemisahan ini terutama belaku bagi jenis-jenis mamalia. Untuk satwa yang bisa terbang, garis pemisahan lebih rumit. Pada umumnya, semakin ke timur jenis-jenis burung Indo-Malaya semakin berkurang, demikian pula sebaliknya. Beberapa hewan khas kawasan Wallacea adalah Nuri, Kesuari, Cendrawasih, Maleo, Babirusa, Anoa, Komodo, Kuskus.
rumput laut dan mangrove. Keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia disebabkan karena letaknya pada persilangan pengaruh antara benua Asia dan Australia. Pencetus gagasan pemisahan biogeografi kedua benua itu adalah Alfred Russel Wallace, pakar biologi yang hidup sezaman dengan Charles Darwin. Garis itu berawal dari sebelah selatan Pulau Mindanao (Filipina) menyusuri Selat Makasar, Selat Lombok hingga ujung barat Australia. Kawasan biogeografi Asia dan bagian-bagiannya disebut Orientalis. Wilayah Indonesia yang termasuk kawasan ini adalah Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Seluruh Pulau Irian, Australia dan Tasmania termasuk kawasan Australis. Sedangkan Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku peralihan antara keduanya. Pemisahan ini terutama belaku bagi jenis-jenis mamalia. Untuk satwa yang bisa terbang, garis pemisahan lebih rumit. Pada umumnya, semakin ke timur jenis-jenis burung Indo-Malaya semakin berkurang, demikian pula sebaliknya. Beberapa hewan khas kawasan Wallacea adalah Nuri, Kesuari, Cendrawasih, Maleo, Babirusa, Anoa, Komodo, Kuskus.
a. Ekosistem Padang Rumput
Padang rumput adalah kawasan yang didominasi oleh rumput dan spesies lain sejenisnya dengan beberapa pohon (kurang dari 10-15 pohon/ha), akibat kekeringan yang periodik. Mereka dikenal dengan berbagai nama di berbagai belahan dunia: savanah di Afrika, rangeland di Australia, steppe di Eurasia, prairie di Amerika Utara, cerrados atau pampas di Amerika Selatan.
Padang rumput ini terjadi secara alami, semi alami, atau diolah. Padang rumput yang diolah biasanya ditanami dan dirawat secara intensif, seperti padang rumput gandum di Eropa Barat. Tipe padang rumput ini hanya mempunyai andil kecil bagi pemeliharaan keanekaragaman hayati. Sedangkan padang rumput semi alami, walaupun tidak ditanami tapi mereka berkembang secara luas akibat penggembalaan ternak domestik. Mereka penting bagi keragaman hayati karena sejumlah spesies di padang rumput tergantung padanya.
Tingkat keanekaragaman flora di padang rumput alami dan semi alami tinggi, namun kekayaan spesies satwanya rendah. Kurang dari 5% spesies burung dunia dan 6% spesies mamalia dunia beradaptasi atau hidupnya tergantung pada padang rumput.
b. Ekosistem Hutan
Hutan menyediakan bahan makanan, sandang, bahan bakar, bahan bangunan dan bahanbahan lain bagi kehidupan manusia. Jutaan orang menggantungkan hidup pada sumber daya hutan, bagi hajat mereka di bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan dan religi.
Berdasarkan faktor iklim, hutan dibagi menjadi dua: hutan hujan dan hutan musim. Hutan hujan ada yang terletak pada daerah tropis, ada yang di daerah beriklim sedang. Hutan hujan tropis sangat kaya akan spesies. Walaupun luas seluruh hutan hujan tropis hanya 0,2 persen (292.000 km2) dari luas permukaan bumi, mengandung tak kurang dari 34.400 spesies tanaman endemik. Sekitar 13 persen spesies tumbuhan dunia hidup di hutan hujan tropis.
Kawasan tropika juga punya jenis hutan ranggas musiman, yaitu di tempat yang curah hujan pada musim keringnya di bawah 100 mm. Pada musim itu pepohonan menggugurkan daun. Tapi juga ada beberapa tumbuhan yang justru berbunga pada masa itu. Jadi berbeda dengan hutan ranggas di daerah beriklim sedang, yang pada musim dingin tampak seolah mati sama sekali.
c. Ekosistem Lahan Basah
Lahan basah mencakup berbagai jenis habitat dan komunitas, yang sangat dipengaruhi uleh kehadiran perairan di sekitarnya. Hampir ¼ lahan basah dunia terdapat di Kanada, yaitu lebih dari 1,2 juta km2. Daerah lahan basah utama yang lain terdapat di Afrika Tengah, Asia (khususnya Cina dan Indonesia), Amerika Selatan dan bekas Uni Soviet. Lahan basah di Indonesia mencapai 4,34% dari luas daratan.
Lahan basah dapat dibagi menjadi dua:
- Lahan basah pesisir. Meliputi pesisir yang tergenang air, umumnya payau, permanen atau musiman. Umumnya dipengaruhi pasang surut air laut. Termasuk dalam kelompok ini ekosistem hutan mangrove, dataran lumpur dan pasir, muara sungai, padang lamun, dan rawa-rawa pesisir.
- Lahan basah daratan. Meliputi daerah yang tergenang air permanen maupun musiman, di darat atau dikelilingi daratan, tapi tidak terkena pengaruh air laut. Kelompok ini meliputi ekosistem danau, telaga, sungai, rawa air tawar, kolam dan danau musiman.
Ciri ekosistem lahan basah antara lain:
- Paling tidak secara periodik ditumbuhi tumbuhan air;
- Kondisi substratnya jenuh air atau tertutup air dangkal, paling tidak secara periodik yaitu pada musim tumbuh.
Mengacu pada sistem klasifikasi lahan basah utama menurut konvensi Ramsar, Indonesia memiliki jenis-jenis ekosistem lahan basah sbb.:
- Kawasan laut (marin) meliputi kelompok lahan basah pesisir yang berair asin, termasuk pantai berbatu, terumbu karang dan padang lumut.
- Kawasan muara (estuarin) meliputi muara sungai, delta, rawa pasang surut, yang berair payau dan hutan bakau (hutan mangrove).
- Kawasan rawa (palustrin) meliputi tempat-tempat yang bersifat ‘merawa (berair tergenang atau lembab), misalnya hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, dan rawa rumput.
- Kawasan danau (lakustrin) meliputi semua lahan basah yang berhubungan dengan danau dan rawa rumput.
- Kawasan sungai (riverin) meliputi lahan basah yang terdapat sepanjang sungai atau perairanyang mengalir.
Hutan Mangrove
Salah satu lahan basah utama adalah kawasan mangrove. Areal mangrove terluas terdapat di Indonesia (lebih dari 4 juta ha) dan Asia lainnya, Afrika, Australia, Karibia, Amerika Tengah dan Selatan.
Salah satu lahan basah utama adalah kawasan mangrove. Areal mangrove terluas terdapat di Indonesia (lebih dari 4 juta ha) dan Asia lainnya, Afrika, Australia, Karibia, Amerika Tengah dan Selatan.
d. Ekosistem Laut
Laut merupakan habitat terbesar di bumi, tapi sisi bioliginya paling sedikit diketahui dan diteliti. Ekosistem laut dimulai dari perbatasan ekosistem lahan basah pesisir, yaitu daerah pantai pasang surut, terumbu karang, laut dangkal, hingga pakung-palung laut dalam yang tidak pernah terkena cahaya matahari.
Walaupun saling berhubungan, namun semua eksistem di laut memiliki ‘batas’ wilayah. Masing-masing merupakan tempat hidup dan mencari makan dari satwa laut yang berbeda.
Ekosistem terumbu kkarang adalah satu ekosistem alami dunia yang paling beragam, sehingga serign desebut hutan hujan tropiknya laut. Secara global terdapat sekutar 600.000 km2 terumbu karang; lebih dari setengahnya terdapat di Samudra Hindia (termasuk Laut Merah dan teluk Persia). Sisanya dibagi rata antara Kepulauan Karibia, Pasifik Selatan (termasuk Australia) dan Pasifik Utara. Luas terumbu karang di Indonesia 0,38% dari seluruh wilayah. Namun sayang, data terakhir menunjukkan hanya 7% terumbu karang Indonesia yang masih baik kondisinya. Selebihnya telah rusak, terganggu atau agak rusak.
Ekosistem laut dalam adalah bagian laut dengan kedalaman lebih dari 200 m, sehingga hampir berada dalam suasana gelap abadi. Bagian terdalam, yaitu 600 meter lebih, disebut zona afotik, yang tidak mendapat cahaya sama sekali. Sedangkan zona eufotik masih mendapat cahaya, sehingga di sinilah berlangsung semua produksi primer.
Pernah ada anggapan, laut dalam adalah gurun biologis, karena rendahnya populasi organisme. Tapi sejak awal tahun 1960-an tabir tersingkap, keragaman komunitas laut dalam cukup tinggi.
Kondisi hidup memaksa penghuni laut dalam melakukan adaptasi besar-besaran. Contoh yang paling jelas adalah dalam hal warna, yang cenderung abu-abu keperakan atau hitam kelam. Bahkan banyak biota laut dalam yang tubuhnya transparan saja.
No comments:
Post a Comment